Lopa, Sang Pendekar Hukum

Tulisan ini sengaja ditulis untuk mengajak kita flashback ke profile almarhum BAHARUDDIN LOPA. Tanpa bermaksud untuk pengkultusan individu, namun dia layak dijadikan teladan. Tokoh ini dikenal sebagai sosok abdi negara, pegawai negeri yang bersih, jujur, bekerja tanpa pamrih, dan tidak korup. Lopa adalah sebagai simbol perjuangan sekaligus fenomena penegakan hukum (law enforcement) di negara tercinta ini. Sehingga pengabdiannya terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia selama lebih dari 20 tahun pantas diapresiasi dengan penganugrahan penghargaan dari rakyat Indonesia dengan ditetapkannya tanggal 27 Agustus sebagai Hari Anti Korupsi yang diambil dari hari lahir Lopa.

Filsafat, Pengatahuan, Ilmu dan Ilmu Pendidikan

PENDAHULUAN
Sudah menjadi pendapat umum bahwa antara pendidikan dan kehidupan adalah dua hal identik yang tak terpisahkan, bagaikan air dengan ikannya. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan. Pepatah menyatakan bahwa sepanjang hidup adalah pendidikan (long life education). Kehidupan manusia adalah persoalan pendidikan.

Pendidikan dan Social Status

Pendahuluan
Semua masyarakat di dunia, baik yang amat sederhana maupun yang amat kompleks sifatnya, dalam pergaulan antar individunya ada pembedaan derajat dan kedudukan atau status. Dalam masyarakat yang kecil dan sederhana biasanya pembedaan kedudukan dan derajat itu minim, karna warganya sedikit dan individu-­individu yang dianggap tinggi juga tidak banyak macam dan jumlahnya. Dalam masyarakat yang kompleks biasanya pembedaan kedudukan dan derajat juga bersifat kompleks, karna warganya banyak dan individu yang dianggap tinggi juga banyak macam dan jumlahnya.

Function Analysis

A function Is one of several related outcomes contributing to a larger outcome. A function is usually a collection of required jobs or tasks necessary to achieve a specified objective or bring about a given product or outcome.
In the chapter on mission analysis, we stated that a mission objective specified the what that was to be accomplished. Referring to the definition of a function, one may see that analysis is the process used to determine what functions or jobs must be done to accomplish the mission objective. Functions, then, are things that have to be done to achieve a product or part of a total product. Some examples of functions as they might be stated in a function analysis are :

Doing you've planned

By this time you might be wondering what to do with all these boxes and arrows. Obviously a plan is not worthwhile unless it achieves predictable and relevant results.
Needs assessment and system analysis, as defined in this book, are tools for educational system planning. They cause us to start from a formal determination of educational needs (or gaps), which provides information concerning the needs with the highest priority for action. The discrepancy that is chosen to be acted upon then becomes the stated problem, and the mission analysis identifies the outcome specifications and a management plan (mission profile) for getting from where we are to where we should be. Function and task analysis provide us with detailed information concerning what is to be done to reach each element in the mission profile and the necessary interactions and interrelations among the various functions and tasks.

Education As a Management Process: An Introduction to a System Approach to Education

The material in this chapter is Intended to give you an "over¬view" of the tools for planning and their relation to the process we have already called a "system approach" to education. The tools for educa¬tional planning include needs assessment and system analysis. Needs assessment is a type of discrepancy analysis which helps to tell us where we are now and where we should be going. System analysis builds from that base, and identifies the requirements for whatever action is indicated. The exact nature of each step and its associated tool, how the tool works, and what it is good for, may not become altogether clear until each tool has been explained (see following chapters); but this brief introduc¬tion should furnish an overall picture of the tools for educational system planning.

SYSTEMIC PLANNING FOR EDUCATIONAL CHANGE: Planning for Educational Futures

The study of "educational futures" has prompted an upsurge of interest in planning. Planning is necessary since administrators have no choice but to anticipate the future, to attempt to both create and adjust to it, and to balance present operating goals with longer-range goals. Peter Drucker states:
Unless the long range is built into, and based on, short-range plans and deci¬sions, the most elaborate long-range plan will be an exercise in futility, and conversely, unless the short-range plans, that is, the decisions on the here and now, are integrated into one unified plan of action, they will be expedient, guesses, and misdirection. (Drucker, 1974, p. 122)

Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Di sekolah Dasar Negeri 013 Tenggarong

ABSTRAK :
Sekolah adalah salah satu institusi yang mempunyai fungsi srategis dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Sebab sekolah adalah lingkungan hidup anak untuk mendapatkan pendidikan yang terprogram dan sistematis. Sebagai instutusi pendidikan, Sejak berdirinya SDN 013 Tenggarong menghadapi berbagai kendala/hambatan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang datang dari internal maupun eksternal sekolah. Rekonstruksi strategi merupakan langkah yang mesti dilakukan agar usaha peningkangkatan mutu lebih efektif dan terarah.
Kata-kata kunci : Kompetensi, Kualifikasi, Koordinasi. Kolaborasi

Birokrasi Pendidikan Ditinjau dari Perspektif Ontologi

Pendahuluan
Hampir sepuluh tahun setelah Indonesia memasuki era "reformasi" (pascakepemimpinan Soeharto), negara ini tetap belum mampu membangun sebuah tata kelola pemerintahan yang baik, yang menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya dan mampu meredam ambisi pribadi para pengelolanya.
Kekuatan birokrasi Indonesia sebetulnya bisa menjadi mesin penggerak yang luar biasa apabila mampu didayagunakan untuk memajukan kesejahteraan rakyat. Namun, yang saat ini terjadi justru sebaliknya.
Birokrasi Indonesia—sebut saja sekitar 3,6 juta pegawai negeri di luar polisi dan militer—justru menjadi beban negara. Sampai-sampai pemerintah sempat mengeluarkan kebijakan zero growth untuk mengurangi kemubaziran tenaga pemerintah di instansi-instansi sipil.
Mengapa birokrasi kita tak mampu menjadi sebuah kekuatan pengubah?

Landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Manajemen Pendidikan

PENDAHULUAN
Membahas tentang filsafat manajemen pendidikan, tidak bisa kita pisahkan dengan sejarah filsafat. Seperti kita ketahui filsafat mempunyai andil yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim filsafat. Bisa dikatakan bahwa filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan. Pada fase awalnya filsafat hanya melahirkan dua ilmu pengetahuan, yakni ilmu alam (Natural Philosophy) dan ilmu sosial (Moral Philosophy) maka dewasa ini terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan (Suriasumantri, 2005:92). Hal ini, menurut Ibnu Khaldun disebabkan oleh berkembangnya kebudayaan dan peradaban manusia

Landasan Pertimbangan Pemanfaatan TIK Untuk Pendidikan

Disusun oleh:
Jubaidah NIM : 0805136125
Liliyanto NIM : 0805136126
M. Azhari NIM : 0805136127

Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan (5) dari waktu siklus ke waktu nyata
Pola pemanfaatan TIK di sekolah meliputi beberapa hal, sebagai berikut : akses ke perpustakaan; akses ke pakar; melaksanakan kegiatan pembelajaran secara online; menyediakan layanan informasi akademik suatu satuan pendidikan; menyediakan fasilitas mesin pencari data; menyediakan fasilitas diskusi; menyediakan fasilitas direktori alumni dan sekolah; dan lainnya. Pengembangan pemanfaatan TIK di sekolah bergantung pada beberapa faktor pendukung yang harus dimiliki.

Chapter Report Filsafat Ilmu Realisme Metaphisik

BIBLIOGRAFI

Prof. DR. H. Noeng Muhadjir, Lahir di Bukittinggi, 13 Nopember 1930 adalah Guru Besar Pascasarjana dalan Filsafat Ilmu, Penelitian, dan Kebijakan di Program Pascasarjana berbagai Perguruan Tinggi, sejak 1984 sampai sekarang. Disisi lain, sampai awal 2001 telah menjadi promotor sekitar 40 disertasi doktor, dan 4 dalam proses. Pendidikan penulis pada HIS pada awal perang dunia II, kemudian melanjutkan ke SMP bagian Eksanta, selanjutnya di SMA Bahasa, Masuk Fakultas Sastra, Paedagogik, dan Filsafat di UGM (1952) beliau juga menyelesaikan S3 ditempat yang sama. Setelah menjadi Dekan di almamaternya selama 3 periode, beliau mempergunakan waktu untuk studi keluar negeri seperti : Oklahoma State University (1973), Harvard University (1978) untuk studi Administration for higher education dan policy and planning dan University of Lowa (1994). Kemudian beliau juga pernah melakukan short visit di Kyoto University, University of Klagenfurt, Austria, University of Linkopig, University of Uppsala dan University of Umeo, Swedia. Selanjutnya University of Washington, seattle, University of British Columbia, Vancouver dalam bidang studi yang ia geluti. Dalam bidang penulisan karya ilmiah, beliau banyak menulis buku-buku yang berkaitan dengan bidang filsafat ilmu, penelitian dan kebijakan seperti Ilmu Pendidikan (1964), Methodologies for manfower development and curriculum updating (1973), Logika formil dan logika Matematik (1976), Politik Pendidikan (1977), Metodologi Penelitian Kualitatif (1989) Perencanaan dan Kebijakan Pengembangan SDM (1992), Kebijakan dan Perencanaan Sosial (2000) Filsafat Ilmu (1998, 2001) dan banyak lagi buku-buku yang berhubungan dengan keahliannya.